Perekonomian
Kabupaten di Sumatera Barat diduga cenderung lebih produktif dan efektif bila dibandingkan dengan Kota. Dugaan tersebut dapat dilihat dari lebih rendahnya
rasio realisasi belanja terhadap PDRB pada wilayah-wilayah Kabupaten. Rasio realisasi belanja terhadap PDRB
merupakan salah satu indikator yang
dapat dipakai untuk mempelajari kecenderungan produktivitas dan efektifitas
belanja pemerintah pada suatu daerah. Untuk
Propinsi Sumatera Barat, hasil kajian Deviani (2016) menyimpulkan bahwa rasio belanja terhadap PDRB berpengaruh secara signifikan, dan bersifat negatif,
artinya semakin rendah rasio-nya berarti semakin efektif pemerintah
dalam membelanjakan anggarannya. (https://media.neliti.com/media/publications/9013-ID-analisis-belanja-daerah-terhadap-pertumbuhan-ekonomi-dan-pendidikan-studi-empiri.pd).
Mempelajari data tahun 2016, bahwa realisasi
belanja pemerintah di daerah Kabupaten/Kota secara umum terdiri dari realisasi
belanja yang berasal dari realisasi APBD dan realisasi realisasi belanja dari APBN yaitu belanja
sekitar 46 instansi vertikal atau lembaga sejenisnya yang beroperasi pada
masing-masing daerah. Secara kolektif rasio
belanja pemerintah terhadap PDRB pada 12 Daerah Kabupaten sekitar 0,136,
sedangkan pada 7 Kota
sekitar 0,185. Secara
nasional rasio realisasi belanja negara terhadap PDB sekitar 0,150. Perincian data dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rasio Realisasi Belanja Pemerintah Terhadap PDRB Kabupaten
/ Kota Se-Sumatera Barat tahun 2016
|
||||
No
|
Kab / Kota
|
APBD + APBN
(Rp. Jutaan) |
PDRB ADHB
(Rp. Jutaan) |
Rasio
Belanja/PDRB |
1
|
Mentawai
|
1.228.617,9
|
3.721.507,5
|
0.330
|
2
|
Pesisir
|
1.911.981,1
|
10.685.349,9
|
0.179
|
3
|
Kab Solok
|
1.480.932,1
|
11.046.635,7
|
0.134
|
4
|
Sijunjung
|
1.096.695,6
|
7.721.367,7
|
0.142
|
5
|
Tanah Datar
|
1.666.064,2
|
10.727.031,2
|
0.155
|
6
|
Pdg Pariaman
|
1.575.818,2
|
17.521.183,3
|
0.090
|
7
|
Agam
|
1.768.744,4
|
16.520.890,0
|
0.107
|
8
|
Lima Puluh Kota
|
1.543.054,1
|
12.627.317,7
|
0.122
|
9
|
Pasaman
|
1.178.066,9
|
6.995.780,3
|
0.168
|
10
|
Solsel
|
980.220,4
|
4.598.324,5
|
0.213
|
11
|
Dharmasraya
|
1.040.472,2
|
8.433.539,9
|
0.123
|
12
|
Pasaman Barat
|
1.364.819,4
|
12.795.020,3
|
0.107
|
Jumlah Kabupaten
|
16.835.486,5
|
123.393.948,0
|
0.136
|
|
13
|
Kota Padang
|
8.124.734,3
|
49.296.193,4
|
0.165
|
14
|
Kota Solok
|
756.928,8
|
3.238.355,2
|
0.234
|
15
|
Sawahlunto
|
814.369,0
|
2.938.792,9
|
0.277
|
16
|
Pdg Panjang
|
1.132.042,1
|
2.773.914,9
|
0.408
|
17
|
Bukit
|
1.022.318,4
|
6.749.791,9
|
0.152
|
18
|
Payakumbuh
|
989.930,2
|
4.983.384,6
|
0.199
|
19
|
Pariaman
|
854.782,7
|
4.004.359,8
|
0.213
|
Jumlah Kota
|
13.695.105,5
|
73.984.792,7
|
0.185
|
|
20
|
Nasional
|
1,864,270,000
|
12,406,800,000
|
0.150
|
Sumber : Data diolah dari Propinsi Sumatera Barat Dalam Angka
2017, dll.
|
Memperhatikan Tabel 1, terdapat 7 Kabupaten yang memiliki nilai rasio belanja
pemerintah terhadap PDRB yang lebih rendah dari rasio nasional yaitu Kabupaten Padang
Pariaman, Pasaman Barat, Agam, Lima Puluh Kota, Dharmasraya, Solok dan Sijunjung.
Sering perencana di daerah “terlena” dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan pendapatan per kapita
yang tinggi, sehinga berkesimpulan bahwa
kinerja keuangan daerah di wilayahnya sudah
berjalan secara maksimal. Rasio realisasi
belanja pemerintah di daerah terhadap PDRB dapat digunakan untuk mengukur
secara berimbang dan komprehensif kinerja
keuangan daerah, disamping pertumbuhan
ekonomi, PDRB per kapita serta angka
kemiskinan. Jika ke-empat indikator
tersebut selaras maka dapat diduga bahwa kinerja keuangan daerah pada
wilayah tersebut sudah berjalan pada
jalur yang tepat.
Baca Juga : Top 5 : Ekonomi Kab/Kota Se-Sumbar 2016, http://palantabirokrasi.blogspot.co.id/2017/08/top-5-ekonomi-kabkota-se-sumbar-2016.html).